A. Orbital
Hibridisasi Nitrogrn dan Oksigen
Hibridisasi adalah sebuah konsep
bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai
dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang
terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari
sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan
valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori
ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan
teori VSEPR.
Perhatikan
konfigurasi elektron Be, B dan C
·
Be : 1s2 2s2
·
B : 1s2 2s2 2p1
·
C : 1s2 2s2 2p2
Dan Berilium pun dapat membentuk
senyawa yang bersifat kovalen seperti BeH2 dan BeCl2. Boron dapat membentuk
senyawa dengan perbandingan 1:3 seperti BF3 dan BCl3. Pada senyawa karbon yang
lebih dari sejuta banyaknya dapat dijumpai atom karbon yang terikat melalui
empat pasangan elektron ikatan. Jika ditinjau dari konfigurasi elektron saja,
maka dapat diduga bahwa, berilium yang orbitalnya terisi penuh tidak dapat
membentuk satu ikatan kovalen, sedangkan karbon hanya dapat membentuk dua
ikatan kovalen.
Kontradiksi antara pengamatan
eksperimen dan ramalan berdasarkan model atom, menunjukkan bahwa model orbital
atom masih jauh dari sempurna untuk menjelaskan ikatan kimia. Oleh sebab itu,
penyusunan elektron dalam orbital setiap bilangan kuantum utama perlu ditata
kembali. Penyusunan kembali orbital dalam sebuah atom, untuk membentuk seperangkat
orbital yang ekivalen dalam molekul disebut hibridisasi.
Selanjutnya, Hibridisasi adalah
proses pembentukan orbital-orbital hibrida dengan tingkat energi yang
sama (orbital-orbital degenerat) dari orbital-orbital asli yang jenis dan
tingkat energinya berbeda.
Pada teori hibridisasi ini dipromosikan
oleh kimiawan Linus Pauling dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana
(CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang
sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan
sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan
struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis
teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada
hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang
terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam. Walaupun skema
hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat
bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku
elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan
ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang
terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang
bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi.
Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia
adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrödingernya memiliki
penyelesaian analitis yang diketahui.
Orbital-orbital ini kemudian
diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti
karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi
barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan
hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri
dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan
strukturnya lebih mudah. Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia
organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C,
N, dan O (kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana
sebuah ikatan terorganisasikan dalam metana.
·
Nitrogen
Nitrogen atau zat lemas adalah unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang N dan nomor atom 7. Ini adalah
pniktogen paling ringan pada temperatur kamar. Biasanya ditemukan sebagai
gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa rasa, dan merupakan gas diatomik, sangat
sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa lainnya. Sudut
ikatan yang terbentuk adalah 107.3 derajat, mendekati sudut tetrahedral
(109.5 derajat). Nitrogen memiliki lima elektron pada kulit terluarnya.
·
Oksigen
Oksigen atau zat asam adalah unsur
kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia
merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir
semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan
standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas
diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Elektron pada
ground-state atom oksigen memiliki konfigurasi: 1s2 2s2 2px2 2py1 2pz1, sudut
ikatan yang terbentuk sebesar 104.5 derajat diperkirakan bahwa
orbital dengan pasangan elektron bebas menekan sudut ikatan
H-O-H, sehingga sudut yang terbentuk lebih kecil dari sudut ideal
(109.5derajat ), seperti halnya pasangan elektron bebas dalam ammonia
menekan sudut ikatan H-N-H.
B. Ikatan
Rangkap Terkonjugasi
Dua ikatan rangkap yang kedudukannya
diselang oleh satu ikatan tunggal, seperti: -CH=CH-CH=CH- Ikatan rangkap
konjugasi adalah ikatan rangkap selang seling dengan ikatan tunggal atau
disebut juga elektronnya dapat berpindah-pindah (terdelokalisasi).
C. Benzena
dan Resonansi
Benzena adalah senyawa kimia organik
yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau yang
manis. Benzena terdiri dari 6 atom karbon yang membentuk cincin, dengan 1 atom
hidrogen berikatan pada setiap 1 atom karbon. Benzena merupakan salah satu
jenis hidrokarbon aromatik siklik dengan ikatan pi yang tetap. Benzena adalah
salah satu komponen dalam minyak bumi, dan merupakan salah satu bahan
petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting dalam dunia industri
Struktur
Resonansi Benzena:
Selanjutnya, resonansi terjadi
karena adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke ikatan tunggal.
Delokalisasi elektron yang terjadi pada benzena pada struktur resonansi adalah
sebagai berikut:
Saya ingin bertanya tentang teori hibridisasi.
BalasHapusMengapa orbital yang terhibridisasi dapat mempengaruhi bentuk orbital molekul dari suatu molekul?Apa yang mempengaruhi hal tersebut?
Terimakasih.
Terima kasih atas pertanyaannya, saya akan coba menjawab:
BalasHapusmenurut saya orbital yang terhibridisasi memang dapat mempengaruhi bentuk orbital molekul dari suatu molekul itu karena terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul walaupun Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi.
Hai Nuru salamia. terimakasih atas share ilmu yang bermanfaat.:)
BalasHapussaya ingin bertanya mengenai orbital hibridisasi nitrogen dan oksigen menganai tentang teori VSEPR? maksud dari teori VSRPR apa ya? dan apa hubungannya dengan hibridisasi nitrogen dan oksigen. mohon penjelasannya saudari Mia. terimaksih:)
Terimah kasih atas pertanyaannya Rostalinda, saya akan mencoba menjawab:
BalasHapusTeori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion: "tolakan pasangan kulit elektron valensi") adalah suatu model kimia yang digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk molekul kimiawi berdasarkan gaya tolakan elektrostatik antar pasangan elektron.
hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.
saya akan menambah kan tentang ikatan rangkap konjugasi
BalasHapusIkatan rangkap konjugasi adala ikatan rangkap selang seling dengan ikatan tunggal atau disebut juga elektronnya dapat berpindah-pindah (terdelokalisasi).ikatan rangkap keadaan yang terjadi dalam senyawa tak jenuh yang didalam nya terdapat dua ikatan tunggal( satu ikatan sigma dan ikatan pi)menghubungkan dua atom.
Ikatan rangkap terkonjugasi ialah ikatan yang kedudukan nya di selang oleh satu ikatan tunggal seperti -CH=CH-CH=-CH.Pengaturan kembali electron melalui orbital π, terutama dalam system konjugasi atau senyawa organic yang atom-atomnya secara kovalen berikatan tunggal dan ganda secara bergantian (C=C-C=C-C) dan mempengaruhi satu sama lainnya membentuk daerah delokalisasi electron disebut dengan konjugasi. Elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom, melainkan milik keseluruhan system konjugasi ini.
terimah kasih atas penambahan materinya chrisyanto
BalasHapusAssalam mualaikum wr wb saudari mia, blog anda sangat menarik di sini saya hanya menambahkan materi tentang teori orbital dan teori hibridisasi.
BalasHapusTeori orbital molekul adalah teori yang menjelaskan ikatan kimia melalui diagram orbital molekul. Sifat magnet dan sifat-sifat molekul dapat dengan mudah dijelaskan dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum lain yang disebut dengan teori orbital molekul. Salah satu contohnya teori orbital molekul dapat menjelaskan sifat paramagnetisme dari molekul O₂ sesuai hasil percobaan, bahwa oksigen bersifat paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan dan bukan diamagnetik seperti yang dijelaskan dengan menggunakan teori ikatan valensi. Temuan ini membuktikan adanya kekurangan mendasar dalam teori ikatan valensi. Teori orbital molekul menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital orbital atom dari atom yang berikatan dengan molekul secara keseluruhan. Seperti halnya untuk menjelaskan sifat-sifat ion kompleks, teori orbital molekul juga dapat dijadikan pendekatan yang baik karena teori orbital molekul dapat menjelaskan fakta bahwa ikatan anatara ion logam dan ligan bukan hanya merupakan ikatan ion yang murni tetapi juga terdapat ikatan kovalen pada ion atau senyawa kompleks. Perkembangan teori orbital molekul pada mulanya dipelopori oleh Robert Sanderson Mulliken dan Friedrich Hund pada tahun 1928.
Teori hibridisasi Di dalam kimia sendiri, hibridasi merupakan sebuah konsep bersatunya orbital orbital pada atom yang kemudian akan membentuk orbital hybrid yang baru dan sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat dari ikatan atom.
Konsep mengenai orbital yang terhibridasi ini sangatlah berguna, terutama dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul. Konsep ini juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari teori ikatan valensi.
Meskipun terkadang diajarkan secara bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi ini sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR. Tentunya dari uraian tersebut anda telah memahami apa yang dimaksud dengan hibridisasi pada orbital.
Teori ini sebenarnya dipromosikan oleh Linus Pauling dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana. Secara historis konsep ini sebenarnya dikembangkan untuk sistem sistem kimia yang sederhana, namun pendekatannya selanjutnya diaplikasikan lebih luas dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristic yang efektif untuk menyajikan dan merasionalkan struktur senyawa organic.
Teori ini sebenarnya tidak sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah masalah pada teori hibridasi ini terlihat lebih jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam.
Perlu anda ingat dengan baik bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku elektron elektron dari molekul. Teori hibridasi juga sering digunakan dalam kimia organic untuk menjelaskan molekul